Kamis, 16 Oktober 2008

Alan Parson's Project Bikin Ketagihan

NAMA Alan Parson Project bagi generasi saat ini memang kurang dikenal. Generasi saat ini hanya mengenal Project Pop (grup lawak/vokal), P- Project (grup lawak/vokal), Padhayangan Project (grup lawak/vokal), atau Kla Project (grup musik pop yang tengah rehat). Bandingkan dengan generasiku yang pernah merasakan masa kanak-kanak di tahun 1970-an, remaja ABG tahun 1980-an, dan mahasiswa di tahun 1990-an, tentu mengenal nama grup musik Alan Parson Project. Sebenernya Alan Parson Project bukanlah grup musik seperti halnya The Beatles, The Rolling Stones, dll. Grup ini sebenernya merupakan proyek musik dengan personel mencapai lebih dari 10 orang ...mirip kesebelasan aja. Lantas siapa punggawa dari Alan Parson Project ini? Sudah pasti Alan Parson, seorang praktisi musik yang pernah menangani konser The Beatles di atas atap gedung Abbey Road Studio awal tahun 1969, dan menangani rekaman album Dark Side On The Moon nya Pink Floyd (1973) yang amat sangat legendaris itu. Alan yang orang Inggris bertemu dan ngobrol soal musik dengan musisi asal Skotlandia, Eric Woollson di studio Abbey Road - Inggris tahun 1974. Mereka sepakat membuat proyek musik bukan grup musik yang melibatkan beberapa musisi. Maka di proyek bernama Alan Parson Project inilah ada nama-nama seperti David Paton (bass/vokal), Stuart Eliot (drum/ perkusi), Ian Bairnson (akustik/elektrik gitar), Chris Rainbow (vokal), Lenny Zakatek (vokal), Collins Blunstone (vokal), Eric Woollson (kibor/ vokal), Alan Parson (kibor/programe), dll. Album yang telah diluncurkan adalah Tales Of Mistery And Imagination (1976), I Robot (1977), Piramyd (1978), Eve (1979), The Turn Of A Friendly Card (1980), Eye In The Sky (1982), Ammonia Avenue (1984), Vuluture Culture (1985), Stereotomy (1986), dan Gaudy (1987). Sayang, tahun 1990 nama mereka sudah nggak muncul lagi. Padahal materi lagu-lagu berikut musiknya cukup bagus. Konsep musik rock yang mereka sodorkan adalah memadukan antara musik pop rock progresif dengan string orkestra. Konon model musik semacam ini juga diterapkan oleh band asal Inggris pula, Electrick Light Orchestra (ELO) yang termasyur berkat hits "Telephone Line" (1974), "Last Train To London" (1979),"Don't Walk Away"(1980), dll. Sedangkan di Indonesia, musik semacam Alan Parson Project sepertinya diterapkan oleh Yovie & Nuno (dulu Yovie & The Nuno). Lihat saja di grup tersebut Yovie Widianto tak ubahnya seorang Alan Parson yang mengkonsep lagu-musik sampai menjadi komandannya. Selain itu tatanan musik Yovie & Nuno juga menampilkan pop sedikit beraksentuasi rock dengan sisipan suara string orchestra yang bersahut-sahutan. Ini dibuktikan dalam lagu "Indah Ku Ingat Dirimu" (2001), "Juwita"(2004), atau "Dia Milikku"(2008). Hebatnya lagi, lagu-lagu Yovie & Nuno tak kalah easy dengan lagu-lagu Alan Parson Project, walau nggak terkesan gampangan. Tetapi ada lagu-lagu milik Alan Parson Project yang sepertinya mempengaruhi gaya penulisan lagu-lagu pop Indonesia. Walau bukan masuk kategori menjiplak, karena masih dibawah 8 bar. Contoh lagu "The Turn Of A Friendly Card" yang memiliki kemiripan dengan verse lagu "Biarkanlah" milik Ita Purnamasari (1991) atau reffrain lagu "Eye In The Sky" yang amat sangat sedikit mirip dengan reffrain awal lagu "Teman Tapi Mesra" nya Ratu (2005). Bicara soal Alan Parson Project, aku sangat suka mendengarkan lagu "Damned If I Do" (album Eve, 1979), "The Turn Of A Friendly Card" (album The Turn Of A Friendly Card, 1980),"Games People Play" (album The Turn Of A Friendly Card, 1980), "Eye In The Sky" (album Eye In The Sky, 1982), "Old Wise" (album Eye In The Sky, 1982), "Ammonia Avenue" (album Ammonia Avenue, 1984), "Let's Talk About Me" dan "Days Numbers" dari album Vulture Culture (1985). Namun yang paling berkesan adalah lagu "The Turn Of A Friendly Card". Ceritanya pada bulan Desember 1980, untuk kali pertama aku nguping lagu kalem itu dari salah satu siaran radio swasta yang tengah memutar lagu-lagu pop manca di kota Yogya. Saat itu aku masih duduk di bangku kelas 2 SD, tetapi minatku terhadap musik dan lagu orang dewasa cukup tinggi. Beberapa lagu apik yang aku dengerin sepanjang tahun 1980 macam "Woman In Love" (Barbara Streisand/ Barry Gibb), "Don't Walk Away" (ELO), "Waterfals" (Paul Mc Cartney), "Don't Sleep Away This Night My Baby" dan "You Make My World So Collourfull" (keduanya dinyanyikan Daniel sahuleka), "Antonio Songs" (Michael Franks), "The Greatest Love Of All"(George Benson), "Song For You" (Chicago), "Woman" (John Lennon), dan tentu saja "The Turn Of A Friendly Card" nya Alan Parson Project. Namun saat itu aku belum tahu siapa penyanyinya lagu "The Turn Of A Friendly Card" tadi, bahkan judulnya saja belum tahu. Berbeda dengan lagu-lagu lainnya yang langsung tahu karena kebetulan kakakku punya kasetnya. Ironisnya aku baru tahun sepuluh tahun kemudian saat duduk di bangku SMA. Itupun info dari salah satu stasiun radio swasta yang kebetulan lagi muter lagu pop manca lama termasuk lagu milik Alan tadi. Semula aku mengira yang menyanyi adalah penyanyi/ grup dari China soalnya nada-nadanya mirip nada-nada lagu mandarin plus di belakangnya ada suara gong China yang mengingatkan pada ending lagu "Sakura" nya Fariz RM (versi album Sakura, 1980). Nah, ketika tahu judul lagunya dan penyanyinya, hari lain aku merequest lagu itu. Saat akan diputar aku sudah sedia kaset kosong buat merekam, karena mau cari kasetnya saat itu sudah susah banget. Ada compact disc nya, tetapi harganya mahal dan aku nggak punya duit buat beli lagipula saat itu belum punya CD player (sekarang sudah punya). Aku baru bisa dapat kasetnya produksi Billboard - Kings saat jalan-jalan di penjual kaset tua di Pasar Johar tahun 1996. Tak lama kemudian aku dapat kasetnya yang produksi Yess. Nah, kalau denger lagu "The Turn Of A Friendly Card" rasanya nagih pingin denger terus. Lagunya sederhana dan nggak kelihatan kalau musiknya slow rock tetapi justru slow pop. Pertama Ian Bairnson memetik-metik gitar nylon classicknya diiringi permainan piano dan kibor Eric sepanjang 2 bar. Kemudian vokal Chris Rainbow masuk melantunkan verse dan reffrain lagu itu. Stuart Eliot lalu mengisi bit-bit slow-mid tempo 16 bit ke dalam lagu itu. Sebenernya lagu "The Turn Of A Friendly Card" yang dirilis bulan November 1980 terdiri dari beberapa bagian yaitu "Snake Eyes", "The Ace Of Swords", "Nothing Left To Love", dan ditutup dengan "The Turn Of A Friendly Card pt 2". Susunan lagu yang dibagi dalam beberapa sub bagian memang sudah menjadi ciri khas band-band pengusung pop rock progresif. Bahkan tradisi itu sampai kini masih diusung oleh Dream Theatre atau Discus dari Indonesia. Sayang, seperti halnya Genesis, Yes, dan ELP, nama Alan Parson Project hanya disukai beberapa gelintir penikmat musik rock dan sudah bisa ditebak mereka yang suka lagu-lagu rumit. Padahal musik Alan Parson ...sendiri nggak terlalu rumit. Cuma denger namanya aja yang panjang dan nggak simple, orang jadi males denger lagunya, dan hanya mengenal namanya. Kalau lagu-lagu mereka yang bagus macam "Time", "Day Numbers", atau "Old Wise" termasuk "The Turn Of A Friendly Card" diputar di stasiun radio swasta...nah mereka baru bilang...nih lagu bagus banget. Siapa yang nyanyi? Alan Parson Project,...hah? Makanya jangan langsung memvonis mereka sebagai band dengan musik rumit.
Keep On Classic Rock...
Nugroho Wahyu Utomo



3 komentar:

Unknown mengatakan...

keren banget om,, emang anak2 muda jaman sekarang kurang minat buat ngerti lagu2 lama macam alan parsons project gini,, padahal kualitas musiknya bagus banget..

ane sebagai generasi 90'an sangat2 suka dgn musik 80'an ke bawah macam alan pasrsons project hehe (y)

Babarengan mengatakan...

Mana om artikel lainnya

Unknown mengatakan...

aku pernah dengar lagu Ammonia Avenue tp pakai lirik bahasa Indonesia,..cuma lupa nama penyanyi atw grup nya....cmiiw