Senin, 30 Juni 2008

Pertama Kali Mengenal The Beatles



PERTAMA KALI MENGENAL THE BEATLES
SORE hari bulan September 1985, aku mendengar sebuah lagu slow bit funk dengan dentaman bass bernuansa vintage. Lagu itu dinyanyikan secara serempak pada sektor reffrain, tetapi di bagian verse dibawakan oleh seorang vokals yang warna vokalnya terkadang lembut-gahar-bahkan seperti tengah mabuk akibat menegak minuman keras atau drugs. Bunyi lirik lagunya sepertinya simple:...don't let me down/ don't let me down/ don't let me down/ don't let me down... Aku curiga sepertinya lagu itu dibawakan oleh kwartet asal Liverpool Inggris tak lain dan tak bukan adalah The Beatles. "Benarkah ini yang menyanyikan The Beatles?" tanyaku kepada kakakku. Dan kakakku mengangguk. Oh...ini lagunya The Beatles, judulnya "Don't Let Me Down", sebuah lagu single The Beatles yang dirilis ketika mereka tengah menggarap album Get Back (Let It Be) bulan Januari 1969. Konon lagu itu dibawakan mereka secara live di atas atap gedung studio Abbey Road. Kalau aku lihat di DVD Let It Be, sosok para personel The Beatles sudah tidak seperti saat mereka muncul pertama kali tahun 1963 merilis single "Love Me Do" atau "Please Please Me". John Lenon rambutnya gondrong sebahu bahkan melebihi bahu ditambah kacamata nenek bundar yang membentengi kedua matanya. George Harison pun demikian, rambut gondrong sebahu, dan semenjak tertarik belajar trasedental di India ia rajin memelihara kumis. Paul Mc Cartney tampil lebih gemuk dan berewokan serta tentu saja rambut gondrong. Sedangkan Ringo Star juga berambut gondrong awut-awutan plus kumis yang melintas di antara bibir dan hidungnya. Gaya musik mereka jauh lebih progresif dan rumit dibandingkan dengan musik di album Please-Please Me (1963) atau With The Beatles (1963). Bulan September 1963 menjadi telingaku menjadi saksi bisu menangkap kumandang lagu The Beatles pertama : Don't Let Me Down. Sebelumnya aku sudah pernah dengar namanya dari majalah musik, sampai obrolan teman. Ketika SD, aku punya teman yang beatlemania (penggemar The Beatles) namanya Aan (Trihananto Adiyono) dan tinggal di Jalan Kaliurang Yogyakarta. Dia sering olok-olokan denganku soal The Beatles dan Genesis. Aku yang suka Genesis dan Aan yang gandrung The Beatles pada saat kelas VI SD Pangudiluhur Yogyakarta, tiada hari tanpa olok-olokan dua grup band itu. "The Beatles musiknya kampungan...huuuu," kataku. "Genesis penyanyinya botak...," balas Aan. Rupanya ejek mengejek antar dua grup band itu terus berlangsung sampai kelas I SMP, tepatnya di SMP N V Semarang. Seorang teman satu kelas namanya Adian Pakpahan ternyata punya selera musik yang sama dengan Aan. Wajahnya kebetulan mirip George Harison muda ketika The Beatles merilis album Please-Please Me. Di dalam kelas bila pelajaran kosong, kami sering olok-olokan soal musik The Beatles vs Genesis. Sampai akhirnya, Adian meracuni aku dengan The Beatles, caranya dengan meminjami kaset The Beatles-Please-Please Me/ With The Beatles produksi Aquarius (zamannya kaset barat bajakan harga Rp 2000,-). Sebelumnya, aku pernah dipinjami kaset The Best Of The Beatles produksi Kings Record oleh teman satu kelas pula, Andri. Tetapi aku belum ngeh dengan musik The Beatles dari kaset kompilasi itu. Setelah dipinjami kaset The Beatles oleh Adian Pakpahan, akhirnya gendang telingaku mau menerima lagu-lagu The Beatles di kaset itu. Tidak percuma, Adian meminjami aku kaset The Beatles yang merupakan koleksi berharganya, dan mungkin sampai saat ini ia masih menyimpannya. Aku mulai mengenal lagu-lagu The Beatles era awal menjadi band terkenal macam "Please-Please Me", "Twis And Shout", "Anna (Go With Him)", "All My Loving", dan lain-lain. Untuk lebih mendalami soal The Beatles, aku rela nguping lagu-lagu The Beatles yang diputar Radio RCT di gelombang AM 900 Khz setiap sore selama satu jam. Dalam waktu singkat tahun 1986 akhir aku mulai menyukai The Beatles. Tetapi dari mana aku bisa membeli kaset-kasetnya yang jumlahnya 10 item itu? Duit saja aku tak punya untuk beli kaset. Apa akal? Saat ulang tahun ke-14 (11 Agustus 1986) aku minta dihadiahi kaset The Beatles, dan kaset The Beatles Aniversary part 2 produksi Team Record saat itu menjadi kaset The Beatles pertama yang aku miliki. Di dalamnya berisi lagu-lagu The Beatles era psycadelick (1968-1970) macam "Hey Jude", "Back To USSR", "Obladi Oblada", "Oh Darling", "Let It Be", atau "The Long And Winding Road", plus lagu-lagu solo para personel The Beatles macam "Imagine" (John Lenon), "My Love" (Paul Mc Cartney), "My Sweet Lord" (George Harison), atau "Its Allright" (Ringo Star). Sayang kaset tersebut dipinjam oleh teman satu kelasku di kelas II namanya Rahmat dan hingga detik ini belum kembali. Beruntung pada bulan April 1987 temanku satu bangku, Stefanus menjual kaset The Beatles Milion Seller produksi Audio Master dengan harga Rp 2.750,-. Harga kaset sebesar itu masih mahal bagiku. Beruntung aku mengumpulkan uang receh Rp 100,- hingga menggunung menjadi Rp 3.000,- untuk membeli kaset itu. Jumlah lagu-lagunya lebih merata dan banyak mulai dari zaman awal The Beatles sampai mereka bubar jalan (1963-1970). Sayang, kaset tersebut yang pernah disukai teman-temanku di lokasi KKN di Patemon Gunungpati tahun 1997, akhirnya harus berpindah tangan lagi ke tangan teman seorang pemain band. Beruntung aku sudah mengoleksi 1 set kaset The Beatles : Please-Please Me (1963), With The Beatles (1963), A Hard Days Night (1964), Beatles For Sale (1964), Help (1965), Rubber Soul (1965), Revolver (1966), Sgt Peapers Lonely Heart Club Band (1967), Magical Mistery Tour (1967), White Album (double album) (1968), Abbey Road (1969), Let It Be (1970), The Beatles Past Master Vol 1, The Beatles Past Master Vol 2, The Beatles Anthology 1,2,3,4,5,6 (1995-1996), The Beatles Red Album (1993), The Beatles 1 Album (2000), Let It Be-Naked (2003). Selain itu aku juga membeli kaset-kaset The Beatles produksi Team Record tetapi baru mendapat sebagian yaitu The Beatles Complate Story 5, 6, 9, 10. Aku juga melahap bacaan apa saja soal The Beatles. Hingga akhirnya aku menjadi beatlemania (penggemar The Beatles). Ketika aku bekerja di Radio Lusiana Namberwan Semarang tahun 2001-2005, aku ini yang menggarap program acara Lulabe (Lusiana Lagu Beatles) dan mengudara setiap hari Rabu pagi pukul 06.00 s/d 07.00 WIB. Karena saat itu koleksi kaset The Beatles radio terbatas, maka aku memboyong satu set kaset The Beatles ke studio yang berada di Jalan Raung no.7 Semarang itu. Kebetulan banyak yang request lagu-lagu The Beatles. Tetapi masih sebatas lagu-lagu terkenal macam "Yesterday", "Hey Jude", "Michelle", "Let It Be", "And I Love Her", dll. Belum sampai lagu-lagu dengan arransement musik yang berat macam "Strawberry Field Forever", "Golden Slumbers", atau "Revolution". Poster The Beatles juga aku pasang di kamarku yang berukuran 4 x 6 meter (rumah lama di Jalan Let Jen S Parman 66 a Candi Baru Semarang). Saat ini aku tengah mencari CD album The Beatles 1 set . Keep On Classick Rock ...
Nugroho Wahyu Utomo

The Beatles Band Yang Semula Aku Anggap Kampungan

The Beatles Band Yang Semula Aku Anggap Kampungan
Saat duduk di bangku kelas V SD tepatnya tahun 1983, rumahku hampir setiap malam selalu kedatangan teman sekaligus pacar kakakku. Namanya Mas Adam Seno, cowok asal Magelang ini yang me"racuni" aku dengan lagu-lagu grup musik Genesis termasuk lagu-lagu solonya Phil Collins. Namun saat Mas Adam membawa kaset Pink Floyd berjudul Animal (1977) aku juga tertarik, sedangkan saat membawa kaset Bryan Adams, aku belum begitu tertarik. Tetapi dari kaset itulah, aku mendengar dan tahu musiknya Bryan Adam yang belakangan lagu Heaven (belakangan lagu ini dirombak dalam format musik dugem oleh Dj Sammy tahun 2002) digilai remaja seusia keponakanku, padahal tuh lagu jadul banget, saat mereka masih bayi atau belum lahir sama sekali (tahun 1984). Mas Adam rajin meminjamkan kaset-kaset Genesis mulai dari Three Sides Live (1982), Duke (1980), sampai yang musiknya berat banget tetapi kover kasetnya menarik yaitu Foxtrot (1972). Untuk Phil Collins Mas Adam hanya meminjamkan kaset berjudul Face Value (1981) yang didalamnya disisipkan beberapa lagu milik Steve Hacket dari album Cured (1980). Sensasi yang aku terima dari nguping lagu-lagu Genesis adalah memberi kesimpulan bahwa band ini kaya akan pukulan-pukulan fil in drum terutama dari Phil Collins, termasuk lagu-lagu solo nya Phil Collins. Bahkan aku melihat foto konser Genesis di sebuah Majalah Hai, panggung konser Genesis melibatkan dua drummer sekaligus dengan deretan tom yang mengelilinginya. Namun ketika aku mendengarkan dan membaca serta melihat The Beatles, terasa sekali berbeda dengan Genesis. Penampilan The Beatles mulai dari musik hingga di panggung terasa sederhana. Bahkan setting drumnya Ringo Star minim banget, hanya menggunakan satu tom. Udah gitu musik mereka kuno banget, mirip musiknya Koes Plus atau Koes Bersaudara. Selera musikku waktu itu memang aneh, dibilang kuno ya tidak, dibilang baru ya nggak suka. Jadi selera musikku setengah baru setengah kuno ya di Genesis tadi. Kalau selera musikku baru, mungkin aku sudah terbawa arus menggilai band-band baru saat itu macam Duran Duran, Alphaville, A-ha, Tears For Fears, dan sejenisnya layaknya remaja saat ini yang menyukai musik-musik fresh keluaran MTV atau VH1. Kembali ke The Beatles, karena melihat penampilannya yang sederhana dan kuno, aku lalu membaptis mereka sebagai band kampungan. Namun seandainya temanku Adian Pakpahan yang satu kelas di SMP tidak meminjamkan aku kaset The Beatles Please-Please Me/ With The Beatles (1963) produksi Aquarius, tentu sampai saat ini aku tak akan menyukai The Beatles. Mula-mula aku enggan mendengarkan kaset milik Adian itu. Tetapi belakangan aku tertarik dengan memutar dan menyimak lagu demi lagu dari dua album yang dijadikan satu kaset. Hasilnya aku perlahan tapi pasti mulai menyukai The Beatles. Bahkan saat itu di Radio RCT dengan frequensi AM 900 Khz punya acara khusus The Beatles yaitu The Beatles Story yang tayang saban sore. Selain itu Radio RCT juga punya acara khusus The Rolling Stones namanya Rolling Stones In Program setiap malam minggu. Nah, tahun 1985, 1986, 1987 merupakan tahun perkenalanku dengan band-band classick rock selain Genesis. Aku mulai penasaran dengan musiknya Yes, ELP, Alan Parson Project, Queen, Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, Toto, Scorpions, dll. Soal The Beatles, kini aku sudah mengoleksi kaset-kaset (album) 1 set The Beatles. Dan kini aku masih mencari-cari CD album 1 set The Beatles mulai dari Please-Please Me(1963) hingga Anthology (1995). Koleksiku untuk CD album baru Red dan Black Album (1993).

Keep On Classick Rock...
Nugroho Wahyu Utomo

Minum Kopi Campur Cokelat yang Nikmat


Minum Kopi Campur Cokelat yang Nikmat
Senin sore di bulan Maret 2003, aku terbangun dari tidur siangku. Waktu menunjukkan pukul 16.10 WIB. Rupanya sudah sore, dan saat itu hujan tanpa disertai bentakan petir turun dengan derasnya. Menambah suasana sore itu terasa dingin. Aku keluar dari kamarku yang luasnya 3 x 6 meter persegi dan merupakan bangunan tua dari bangunan rumah lamaku di Jalan Let Jen S Parman No. 66 a Candi Baru Semarang 50231 yang membuatku terasa nyaman dalam dekapan maupun pekerjaan apapun. Sebelum keluar, karena gelap, aku nyalakan lampu TL di kamar tidurku yang menggantung diatas TV dan jendela. Suasana seperti itu memang sangat menyenangkan. Serasa kembali ke era 1960-an akhir tepatnya di masa psychadelick. Setelah keluar dari kamar tidurku, aku berjalan menuju ke kamar mandi yang licin karena air hujan cukup deras terbawa oleh angin semi kencang. Di kamar mandi aku mengambil air wudlu untuk sholat Ashar. Usai sholat, aku membuat kopi hangat yang aku campur dengan sedikit cokelat bubuk. Sambil membawa secangkir kopi hangat bercampur sedikit cokelat, aku menggelar potongan karpet kecil mirip keset tetapi bersih untuk duduk di atas lantai sembari bersila. Tetapi sebelumnya tape compo yang berada di atas meja kerjaku aku pasang dengan kaset Yes berjudul Close To The Edge. Album (kaset) Yes berjudul Close To The Edge merupakan produk muktahir band art / prog rock Yes tahun 1972 yang hanya berisi 3 lagu. Bayangkan album berisi tiga lagu mirip dengan mini album saja. Tetapi tunggu dulu, album berisi tiga lagu ini rupanya menampilkan lagu-lagu dengan durasi yang panjang. Lagu Close To The Edge merupakan lagu terpanjang diantara lagu panjang Yes di album ini. Bayangkan lagu kok panjangnya lebih dari 20 menit. Mungkin kalau yang mendengarkan anak-anak seusia keponakanku, mendengar lagu macam gitu, sudah pasti angkat kaki-tutup kuping-atau diam-diam (dengan amat sangat kurang ajar) mengganti kaset dengan kaset berisi lagu-lagu easy listening. Kalau gitaris El Pamas, Totok Tewel menyukai album Yes- Tale From Topographic Ocean (1973), maka aku justru mengagumi album Yes-Close To The Edge. Tetapi semua album-album Yes aku anggap bagus kok. Soal selera yang berbeda dengan remaja generasi keponakan, bagiku tidak masalah. Beruntung aku punya keponakan macam Reza yang kini sudah sama-sama tukang insinyur denganku (tetapi beda bidang, aku bangunan, Reza listrik) dan sudah bekerja di Jakarta, mengenal dan menyukai The Beatles, tahu sebagian lagu-lagu Genesis zamannya Peter Gabriel dan Phil Collins, serta suka The Police. Pendek kata, aku berhasil me "racuni" Reza dengan lagu-lagu classick rock macam Genesis, The Beatles, The Police, Yes, Pink Floyd, dan lain-lain, tetapi yang diserap hanya band-band tertentu...lumayan lah. Sedangkan Reza tak mampu me"racuni" aku untuk menyukai lagu-lagu campursari kesayangannya...he he he. Setelah lagu-lagu dari album Close To The Edge berkumandang menggetarkan gendang telingaku, oh ... liukan falseto vokal malaikat Jon Anderson, garukan gitar Steve Howe, dentaman bass dan lengkingan vokal Chris Square, pencetan kibor si dewa kibor Rick wakeman, serta gebukan drum Bill Burfod, mampu membuatku mabuk kepayang sembari menikmati kopi hangat bercampu sedikit cokelat nan lezat di sore yang dingin berhiaskan suara rintik hujan. Tak terasa kopi di dalam cangkirku telah habis, tetapi lagu-lagu di album Close To The Edge baru jalan satu lagu...sayang sekali. Mau nambah kopi, nggak baik buat kesehatan. Ya sudah mendengarkan lagu-lagu Yes di album Close To The Edge sampai tuntas sembari membaca atau melamun membayangkan tengah menonton aksi mereka di panggung. Hingga kini album Yes-Close To The Edge merupakan album yang aku cari-cari khususnya dalam format CD album. Beberapa kali aku mendatangi toko kaset/CD langganan menanyakan remaster album Yes itu, tetapi hasilnya nihil. Memang kota Semarang bukan tempat yang cocok untuk tumbuh kembang penggemar prog rock dan classick rock. Tetapi dalam hati aku yakin suatu saat menemukan CD album itu dan memiliki komunitas sesama pecinta classick rock...Insya Allah. Keep On Classick Rock...
Nugroho Wahyu Utomo

CD Classick Rock Legendaris Pertama yang Aku Beli

CD Classick Rock Legendaris Pertama yang Aku Beli
CD Album Classick Rock Legendaris Pertama yang Aku BeliKalau pingin tahu CD album classick rock legendaris pertama yang aku beli, adalah CD album Yes berjudul Time & Words keluaran tahun 1970. Sebelumnya aku pernah membeli CD album Yes brejudul Keys To Accession 2 tahun 2004, tetapi masih kalah legendaris dibandingkan dengan album Yes-Time & Words Suatu siang tahun 2006 aku berjalan-jalan ke Toko Kaset/CD Bulletin Jalan Pandanaran Semarang. Rencananya cuma mau cari kaset buat bahan resensi di rubrik Galeri Kaset - Harian Suara Merdeka Minggu...eh pas lihat-lihat koleksi CD album yang dipajang, secara tidak sengaja aku menemukan 3 CD album Yes : Time & Words, Classick Yes, dan Open Your Eyes. Terus aku lihat harganya, gila...harganya diatas Rp 150.000 per CD. Pada kemasan CD tertera tulisan Cd import dan remaster album. Namun niatku membeli CD album Yes, aku urungkan dulu, karena aku lagi tidak membawa duit yang cukup saat itu. Duit yang aku bawa hanya cukup untuk membeli dua kaset terbaru barat dan Indonesia untuk bahan resensi kaset di Suara Merdeka, dan sisanya bisa untuk ongkos pulang naik bis kota. Keesokan harinya, aku cepat-cepat mendatangi Toko Kaset/ CD Bulletin Jalan Pandanaran Semarang untuk berburu CD album Yes. Soalnya aku kuatir, tuh CD sudah ditangkap pembeli lain. Beruntung pas aku ke toko tersebut, tiga CD album Yes masih tertata rapi di tempat pajangannya. Aku memilih CD album Yes berjudul Time & Words yang covernya bergambar para personel Yes formasi kedua, padahal yang mengisi rekaman di album kedua Yes tersebut adalah formasi pertama: Jon Anderson (lead vokal), Peter Banks (gitar), Chris Square (bass/vokal), Tony Kaye (kibor), dan Bill Burfod (drum). Sedangkan di cover album posisi Peter Banks sudah digantikan oleh Steve Howe, gitaris yang giginya "tuti" (metu setitik-keluar sedikit)...he he he. Setelah aku bayar, maka resmilah CD album Time & Words milik Yes ini sebagai CD album classick rock pertama yang aku beli. Berikutnya aku mulai berburu CD album classick rock bila memang ada barangnya. Soalnya yang namanya CD album classick rock di kota Semarang adalah barang langka. Sama langkanya dengan minyak atau BBM, atau bisa jadi lebih langka. Belakangan aku berhasil mengoleksi CD album Yes mulai dari Yes (1969), Time & Words (1970), Yes Album (1970), Yessongs (1973), Tale From Topographic Ocean (1973), Relayer (1974), Classick Yes (1980), dan 90125 (1983). CD album lainnya yang berhasil aku dapatkan adalah Genesis-Wind & Wuthering (1976), Genesis-Duke (1980), Genesis-Turn It On Again-Limited Tour Edition (2007), Asia-Gold (2007), Rush-Gold (2007), Grateful Dead-The Best Of (1974), The Beatles Red & Blue Album (1993), dan The Rolling Stones-Beggars Banquet (1968). Aku masih ingat ketika belum punya player untuk memutar CD di tahun 2004 tepatnya di daerah Ngejaman - Yogyakarta, ditawari pedagang kaset/CD di sono sebuah CD album Genesis berjudul ... And Then There Were Three (1978). Sebelumnya aku menawar Rp 30.000,- tetapi pedagang itu tetap meminta Rp 50.000,-. Apa boleh buat, akhirnya CD album itu aku tinggalkan selamanya dan mungkin sudah berpindah ke tangan kolektor lainnya. Sebelumnya aku pernah ditawari CD album Jurang Pemisah nya Chrisye-Yockie Suryoprayogo di penjual kaset/CD album bekas Pasar Johar Semarang, tetapi aku tolak karena sudah punya kasetnya. Belakangan aku menyesali semua peristiwa itu. Oh ya, mengapa aku membeli CD album sedangkan album berbentuk kaset sudah lengkap di rak kaset? Pasalnya, aku takut dan kaget ketika berkunjung di sebuah pameran elektronik, beberapa produk pemutar rekaman terbaru rata-rata sudah tidak menampilkan lagi casette player. Maunya aku membeli player seri terbaru yang lengkap ada cassette/CD/MP3/DVD playernya. Tetapi duitku belum cukup, hingga aku kerap membeli CD album classick rock baik baru maupun second dan memutarnya hanya melalui perangkat komputer.Keep On Classick Rock...Nugroho Wahyu Utomo

Mari Lestarikan Classick Rock

Saya sangat terkejut ketika pada saat meliput sekaligus menonton pertunjukkan musik jazz di sebuah kafe terkenal di kota Semarang, April 2008 lalu seorang musisi jazz muda yang masih kuliah dan usianya terpaut belasan tahun dengan saya, mengaku tahu banyak tentang grup musik Genesis. Saya langsung memancing omongan soal pengetahuannya tentang grup band art rock asal Inggris yang sudah uzur itu. Ketika musisi itu menyebut nama Peter Gabriel, Steve Hacket, dan album Selling Enggland By The Pound (rilis :Oktober 1973) termasuk komposisi klasik yang memajang reportoar piano Tony Banks sepanjang 19 bar, Firth Of Fifth, saya benar-benar salut dengan musisi itu. "Siip, berarti anda benar-benar tahu soal musik classick rock," puji saya kepada musisi jazz muda itu.Sebelumnya jauh sebelum saya lulus kuliah tepatnya tahun 1999, saya meliput sebuah festival band pelajar di Matahari Simpang Lima lt 7 yang kini berubah menjadi Krakatau Grand Ball Room Hotel Horison Semarang. Sebuah festival band pelajar menyajikan band-band anak SMA dan sudah pasti usia mereka sepantaran dengan keponakan saya yang telah bekerja tahun ini di kota Megapolitan, Jakarta. Ketika band dari salah satu SMA swasta di Semarang tampil membawakan lagu Timur Bara nya Gong 2000, tiba-tiba mereka menyeruak dengan intro lagu Xxy nya Rush dari kantong album Moving Picture (1981). Ternyata mereka cuma mengambil 6 bar untuk intro dari reportoar instrumental band asal Kanada itu. Saya terkejut bukan kepalang, dan langsung nyerocos di samping siswa SMK peserta band pelajar yang tengah nunggu giliran. Ternyata siswa SMK itu juga paham band-band classick rock macam Rush, Yes, dan lain-lain.Sebuah gambaran yang mengejutkan saya, ketika dalam benak saya selalu menilai bahwa anak-anak SMA sampai mahasiswa saat ini cenderung nguping lagu-lagu pop, rock, R&B, brit pop yang ditayangkan MTV. Tetapi diantara ratusan juta remaja seusia mereka, ternyata ada yang satu selera dengan saya yaitu penyuka classick rock. Tetapi ternyata tidak mencapai ratusan juta yang emoh nguping lagu-lagu classick rock rumit milik Emerson Lake & Palmer, King Crimson, atau Yes. Di kota gudeg Yogyakarta ternyata banyak anak muda seusia keponakan saya asyik nongkrong di pusat penjualan CD/kaset bekas di Ngejaman tiap malam hari. Mereka asyik ngobrol dan diskusi dengan kolektor kaset tua termasuk pedagangnya tentang band-band classick rock mulai dari Led Zeppelin, Deep Purple, Rush, Van Hallen, Black Sabbath, Pink Floyd, The Doors, The Beatles, The Police, dan lain-lain. Ketika saya tanya mereka profesinya apa, ternyata mereka anak kuliahan alias mahasiswa. Gila...ternyata mereka lebih gaul soal musik ketimbang anak Semarang misalnya. Kenapa saya katakan gaul? Ya kalau kita mau menyukai musik tertentu, misalnya prog rock nya Dream Theatre maka kita perlu tahu dari mana budaya musik itu mereka bawa. Setelah kita tahu dari biografi Dream Theatre bahwa mereka mengadopsi musik-musik prog rock/ art rock jadul macam Genesis, Marillion, Yes, ELP, Pink Floyd, dan sejenis yang diolah dengan gaya mereka sendiri, maka kita juga perlu menyimak rekaman-rekaman termasuk bio dari band yang mempengaruhinya. Begitu pula misalnya Oasis, mereka mengadaptasi musiknya The Beatles, maka kita juga belajar musik The Beatles itu macam apa sih? Atau The Changcuters yang kabarnya meniru The Rolling Stones, maka kita juga perlu nguping lagu-lagu termasuk musiknya The Rolling Stones. Itu namanya pecinta musik yang gaul.Oleh sebab itu saya ingin mengajak kalian semua yang suka menyimak, mengoleksi album-album grup band classick rock era 1960-an, 1970-an, 1980-an, mari selamatkan musik classick rock baik manca maupun Indonesia. Bahkan saya gatal ingin membuat komunitas ini, siapa mau gabung hubungi saya via blog atau email saya di genesis_nwu@yahoo.comKeep On Classick Rock......Nugroho Wahyu Utomo

Selasa, 24 Juni 2008

Mari Lestarikan Classick Rock

Saya sangat terkejut ketika pada saat meliput sekaligus menonton pertunjukkan musik jazz di sebuah kafe terkenal di kota Semarang, April 2008 lalu seorang musisi jazz muda yang masih kuliah dan usianya terpaut belasan tahun dengan saya, mengaku tahu banyak tentang grup musik Genesis. Saya langsung memancing omongan soal pengetahuannya tentang grup band art rock asal Inggris yang sudah uzur itu. Ketika musisi itu menyebut nama Peter Gabriel, Steve Hacket, dan album Selling Enggland By The Pound (rilis :Oktober 1973) termasuk komposisi klasik yang memajang reportoar piano Tony Banks sepanjang 19 bar, Firth Of Fifth, saya benar-benar salut dengan musisi itu. "Siip, berarti anda benar-benar tahu soal musik classick rock," puji saya kepada musisi jazz muda itu.
Sebelumnya jauh sebelum saya lulus kuliah tepatnya tahun 1999, saya meliput sebuah festival band pelajar di Matahari Simpang Lima lt 7 yang kini berubah menjadi Krakatau Grand Ball Room Hotel Horison Semarang. Sebuah festival band pelajar menyajikan band-band anak SMA dan sudah pasti usia mereka sepantaran dengan keponakan saya yang telah bekerja tahun ini di kota Megapolitan, Jakarta. Ketika band dari salah satu SMA swasta di Semarang tampil membawakan lagu Timur Bara nya Gong 2000, tiba-tiba mereka menyeruak dengan intro lagu Xxy nya Rush dari kantong album Moving Picture (1981). Ternyata mereka cuma mengambil 6 bar untuk intro dari reportoar instrumental band asal Kanada itu. Saya terkejut bukan kepalang, dan langsung nyerocos di samping siswa SMK peserta band pelajar yang tengah nunggu giliran. Ternyata siswa SMK itu juga paham band-band classick rock macam Rush, Yes, dan lain-lain.
Sebuah gambaran yang mengejutkan saya, ketika dalam benak saya selalu menilai bahwa anak-anak SMA sampai mahasiswa saat ini cenderung nguping lagu-lagu pop, rock, R&B, brit pop yang ditayangkan MTV. Tetapi diantara ratusan juta remaja seusia mereka, ternyata ada yang satu selera dengan saya yaitu penyuka classick rock. Tetapi ternyata tidak mencapai ratusan juta yang emoh nguping lagu-lagu classick rock rumit milik Emerson Lake & Palmer, King Crimson, atau Yes. Di kota gudeg Yogyakarta ternyata banyak anak muda seusia keponakan saya asyik nongkrong di pusat penjualan CD/kaset bekas di Ngejaman tiap malam hari. Mereka asyik ngobrol dan diskusi dengan kolektor kaset tua termasuk pedagangnya tentang band-band classick rock mulai dari Led Zeppelin, Deep Purple, Rush, Van Hallen, Black Sabbath, Pink Floyd, The Doors, The Beatles, The Police, dan lain-lain. Ketika saya tanya mereka profesinya apa, ternyata mereka anak kuliahan alias mahasiswa. Gila...ternyata mereka lebih gaul soal musik ketimbang anak Semarang misalnya. Kenapa saya katakan gaul? Ya kalau kita mau menyukai musik tertentu, misalnya prog rock nya Dream Theatre maka kita perlu tahu dari mana budaya musik itu mereka bawa. Setelah kita tahu dari biografi Dream Theatre bahwa mereka mengadopsi musik-musik prog rock/ art rock jadul macam Genesis, Marillion, Yes, ELP, Pink Floyd, dan sejenis yang diolah dengan gaya mereka sendiri, maka kita juga perlu menyimak rekaman-rekaman termasuk bio dari band yang mempengaruhinya. Begitu pula misalnya Oasis, mereka mengadaptasi musiknya The Beatles, maka kita juga belajar musik The Beatles itu macam apa sih? Atau The Changcuters yang kabarnya meniru The Rolling Stones, maka kita juga perlu nguping lagu-lagu termasuk musiknya The Rolling Stones. Itu namanya pecinta musik yang gaul.
Oleh sebab itu saya ingin mengajak kalian semua yang suka menyimak, mengoleksi album-album grup band classick rock era 1960-an, 1970-an, 1980-an, mari selamatkan musik classick rock baik manca maupun Indonesia. Bahkan saya gatal ingin membuat komunitas ini, siapa mau gabung hubungi saya via blog atau email saya di genesis_nwu@yahoo.com
Keep On Classick Rock......
Nugroho Wahyu Utomo