Senin, 30 Juni 2008

Mari Lestarikan Classick Rock

Saya sangat terkejut ketika pada saat meliput sekaligus menonton pertunjukkan musik jazz di sebuah kafe terkenal di kota Semarang, April 2008 lalu seorang musisi jazz muda yang masih kuliah dan usianya terpaut belasan tahun dengan saya, mengaku tahu banyak tentang grup musik Genesis. Saya langsung memancing omongan soal pengetahuannya tentang grup band art rock asal Inggris yang sudah uzur itu. Ketika musisi itu menyebut nama Peter Gabriel, Steve Hacket, dan album Selling Enggland By The Pound (rilis :Oktober 1973) termasuk komposisi klasik yang memajang reportoar piano Tony Banks sepanjang 19 bar, Firth Of Fifth, saya benar-benar salut dengan musisi itu. "Siip, berarti anda benar-benar tahu soal musik classick rock," puji saya kepada musisi jazz muda itu.Sebelumnya jauh sebelum saya lulus kuliah tepatnya tahun 1999, saya meliput sebuah festival band pelajar di Matahari Simpang Lima lt 7 yang kini berubah menjadi Krakatau Grand Ball Room Hotel Horison Semarang. Sebuah festival band pelajar menyajikan band-band anak SMA dan sudah pasti usia mereka sepantaran dengan keponakan saya yang telah bekerja tahun ini di kota Megapolitan, Jakarta. Ketika band dari salah satu SMA swasta di Semarang tampil membawakan lagu Timur Bara nya Gong 2000, tiba-tiba mereka menyeruak dengan intro lagu Xxy nya Rush dari kantong album Moving Picture (1981). Ternyata mereka cuma mengambil 6 bar untuk intro dari reportoar instrumental band asal Kanada itu. Saya terkejut bukan kepalang, dan langsung nyerocos di samping siswa SMK peserta band pelajar yang tengah nunggu giliran. Ternyata siswa SMK itu juga paham band-band classick rock macam Rush, Yes, dan lain-lain.Sebuah gambaran yang mengejutkan saya, ketika dalam benak saya selalu menilai bahwa anak-anak SMA sampai mahasiswa saat ini cenderung nguping lagu-lagu pop, rock, R&B, brit pop yang ditayangkan MTV. Tetapi diantara ratusan juta remaja seusia mereka, ternyata ada yang satu selera dengan saya yaitu penyuka classick rock. Tetapi ternyata tidak mencapai ratusan juta yang emoh nguping lagu-lagu classick rock rumit milik Emerson Lake & Palmer, King Crimson, atau Yes. Di kota gudeg Yogyakarta ternyata banyak anak muda seusia keponakan saya asyik nongkrong di pusat penjualan CD/kaset bekas di Ngejaman tiap malam hari. Mereka asyik ngobrol dan diskusi dengan kolektor kaset tua termasuk pedagangnya tentang band-band classick rock mulai dari Led Zeppelin, Deep Purple, Rush, Van Hallen, Black Sabbath, Pink Floyd, The Doors, The Beatles, The Police, dan lain-lain. Ketika saya tanya mereka profesinya apa, ternyata mereka anak kuliahan alias mahasiswa. Gila...ternyata mereka lebih gaul soal musik ketimbang anak Semarang misalnya. Kenapa saya katakan gaul? Ya kalau kita mau menyukai musik tertentu, misalnya prog rock nya Dream Theatre maka kita perlu tahu dari mana budaya musik itu mereka bawa. Setelah kita tahu dari biografi Dream Theatre bahwa mereka mengadopsi musik-musik prog rock/ art rock jadul macam Genesis, Marillion, Yes, ELP, Pink Floyd, dan sejenis yang diolah dengan gaya mereka sendiri, maka kita juga perlu menyimak rekaman-rekaman termasuk bio dari band yang mempengaruhinya. Begitu pula misalnya Oasis, mereka mengadaptasi musiknya The Beatles, maka kita juga belajar musik The Beatles itu macam apa sih? Atau The Changcuters yang kabarnya meniru The Rolling Stones, maka kita juga perlu nguping lagu-lagu termasuk musiknya The Rolling Stones. Itu namanya pecinta musik yang gaul.Oleh sebab itu saya ingin mengajak kalian semua yang suka menyimak, mengoleksi album-album grup band classick rock era 1960-an, 1970-an, 1980-an, mari selamatkan musik classick rock baik manca maupun Indonesia. Bahkan saya gatal ingin membuat komunitas ini, siapa mau gabung hubungi saya via blog atau email saya di genesis_nwu@yahoo.comKeep On Classick Rock......Nugroho Wahyu Utomo

Tidak ada komentar: