


Nama Fariz RM merupakan aset musik Indonesia yang nyaris terlupakan. Apalagi musisi jebolan Pegangsaan ini sempat terkena kasus narkoba. Fariz RM bisa disebut pula sebagai icon Classick Rock Indonesia meski sebagian besar orang menyebutnya sebagai penyanyi/musisi/komposer/arranjer musik Pop Indonesia. Tetapi coba dengarkan album Sakura yang dirilis tahun 1980, dan dengarkan pula lagu Sakura versi asli yang menghentak dalam irama pop rock funk bit up tempo. Denting piano yang merupakan scale dan intro dari lagu Sakura dengan gaya etnis Japanis, mencoba mengingatkanku pada intro lagu Pig milik Pink Floyd dari album Animal (1977)...(ingat blog berjudul Ini Pink Floyd bukan Fariz RM). Belum percaya kalau Fariz RM seorang rocker Indonesia? Coba simak bagaimana dia berupaya membangun grup band Simphony yang merilis tiga album dalam sejarah kariernya yaitu Trapesium (1982), Metal (1983), dan satu album Simphony yang beredar di tahun 1986 di bawah label Musicbox. Dalam kariernya di Simphony, Fariz(bass/vokal) bersama Herman Geely Effendi (kibor), Eki Sukarno (drum), Jimi Pais (gitar) dan Tony Wenas (kibor-khusus album Metal) menciptakan formula musik pop sedikit rock dengan aksen khas The Police, Asia, atau Genesis. Coba dengarkan lagu Sirkus Optic & Video Game yang mirip musiknya dengan lagu Spirit In The Material World dari album Ghost In The Machine (1981). Hentakan ska khas The Police terasa sekali pada lagu Sirkus Optic...itu. Atau lagu Kekal Itu Ada Di Sini (album Metal) dengan gaya swing rock mencoba mengingatkan pada lagu Time Again dari grup Asia (album Asia-1982). Sedangkan lagu instrumental Sepertigapuluhdua dari album Trapesium gaya permainan kibor Herman mengingatkan pada gaya musik Genesis. Ibaratnya Herman kerasukan roh Tony Banks dari Genesis. Itu baru di Simphony, kemudian di Wow, Fariz lagi-lagi menyuarakan musik rock yang tidak terlalu urakan dan terdengar gedongan. Grup musik Wow beranggotakan Darwin B Rahman, Iwan Majid, dan Fariz RM sendiri bahkan terkadang melibatkan nama Eet Syachranie pada gitar. Fariz turut terlibat bersama Wow hanya pada album Produk Hijau (1983) dan Rasio & Misteri (1990). Sementara album Produk Jingga (1985) Iwan Majid menjalankan Wow bersama Darwin, Ichal Indra, dan Musya Yunus hingga arah musik mereka terdengar melenceng ke The Police ketimbang Genesis. Berbeda dengan album Produk Hijau yang banyak mengadaptasi pola musik Genesis era transisi Peter Gabriel ke Phil Collins. Misalnya pada lagu Armagedon yang menampilkan gaya permainan kibor Iwan mirip gaya permainan kibor Tony Banks. Atau lagu Pekik Merdeka dan Merdekanya Orang Kota yang serupa tapi tak sama dengan lagu Behind The Lines-Duche's dari album Duke nya Genesis. Sayang, ketika nama Fariz semakin menjulang terutama setelah sukses dengan Barcelona atau sepulang dari negeri tsb, gaya musiknya cenderung ke corak latin jazz dan new age. Di sisi lain, rekan saya yang pengamat musik jazz sekaligus praktisi musik jazz menilai Fariz is not jazz musician. Padahal Fariz sudah berupaya menampilkan gaya latin jazz pada lagu Barcelona dan Sakura dengan melibatkan Philip Saminato perkusionis asing. Namun di mata saya Fariz tetaplah bagian dari legenda musik rock Indonesia karena pernah memainkan musik rock di tahun 1980-an dan bergabung dengan band rock besar di Indonesia yaitu Gank Pegangsaan. Dan untuk kali kedua di bulan Agustus 2008 tepatnya tanggal 9 lalu, saya senang bisa bertemu dengannya di acara Semarang Just Jazz di lantai 12 Hotel Horison Semarang.Keep On Classick Rock... Nugroho Wahyu Utomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar